Kamis, 13 Desember 2012

Angan Semu

Inilah cerpen SMP-ku yang aku poles lagi... :)


Sudah lama aku merhatiin sepasang sejoli itu. Aldo dan Raya. Pasangan yang sangat bahagia dan membuat semua orang ikut bahagia kecuali aku.
Aku mencintai Aldo saat aku masih menjadi peserta MOS di SMA Jaya Bhakti ini. Awalnya ku kira Aldo juga mencintaiku karena dialah satu-satunya panitia MOS  yang perhatian padaku. Tapi anggapanku salah karena sekarang Aldo berpacaran dengan sahabatku sendiri, Raya.  
“Andin, ke kantin yuk!” Kata Raya yang tiba-tiba berada di sampingku.
Kehadirannya membuatku muak. Aku berdiri dan melakukan hal yang pantas padanya. Aku menamparnya. Tak cukup dengan itu, aku menarik rambutnya hingga dia mendongak.
“Denger Raya! Jangan ganggu aku lagi!”
Aku pun melangkah meninggalkan Raya di kelas menuju lokerku. Aku sudah biasa melakukan hal itu padanya. Dan reaksinya hanya diam tanpa pernah marah kepadaku. Apapun alasannya, hal itu malah membuatku semakin membencinya
Setibanya di lokerku, aku langsung membukanya. Aku sangat terkejut karena kudapati gunungan surat yang menutupi barang-barangku di dalam loker. Pasti semua ini dari Mr.X. Aku yakin banget. Memang akhir-akhir ini Mr.X sering banget mengirim surat-surat gak penting kepadaku. Tapi itu hanya satu dua. Tapi sekarang? Punya tangan berapa sih tuh orang?
Aku mulai membuka surat-surat itu. Ku awali dengan surat beramplop biru muda
To: Penyejuk kalbuku
Kenapa akhir-akhir ini kamu berubah? Ini bukan Andin yang ku kenal. Apa yang membuatmu begini? Kenapa kamu bertindak kasar terhadap sahabatmu sendiri? Tolong jawab pertanyaanku dengan membalas surat ini. Kamu cukup meletakkannya di mana saja dan aku pasti akan menemukannya.
From :Mr. X
Surat ini benar-benar membuatku bingung. Aku tak mengenal tulisan tangan dalam surat ini. Cowok ini benar-benar misterius. Aku pun melanjutkan membaca rombongan surat-surat sampah ini. Hasilnya, isi dari 25 surat ini sama. Jujur, aku salut dengan cowok misterius ini. Aku harus membalas surat ini.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung mengambil bolpoin dan secarik kertas dari dalam lokerku. Bersiap-siap menulis surat pertama yang ku tujukan pada seorang cowok yang anehnya, cowok itu tidak ku ketahui identitasnya.
 To : Mr. X
Aku gak mood untuk basa-basi. So, point-nya adalah hal ini mutlak dilakuin oleh semua cewek yang sedang patah hati. Dan perlu kamu ingat, jangan sekali-kali kamu mengirim surat untukku lagi!
From : Andin
Aku melipatnya menjadi 2 lipatan. Ku letakkan surat itu di kursi panjang tepat di depan lokerku dan meninggalkannya menuju kelas.
***
Seusai istirahat pertama, kelasku dilanda jam kosong. Surga bagiku dan jelas bagi teman sekelasku. Tapi surga itu perlahan berubah menjadi neraka karena Aldo datang. Mungkin di kelasnya juga jam kosong. Dan sudah bisa ditebak, Aldo dan Raya bermesra-mesraan. Miris sekali nasibku melihat orang yang ku cintai bercumbu dengan sahabatku sendiri setiap hampir 3 jam sekali.
Ku akui aku sudah tidak kuat melihat mereka berdua bermesra-mesraan lagi. Ku ingin hari ini adalah hari terakhir mereka bercumbu di depanku. Tiba-tiba sebuah ide keji menjamah otakku.  Aku akan mengantarkan Raya ke akhirat sebagai balasan sakit hatiku padanya. Gudang sekolah dan jam istirahat kedua akan menjadi latar pembunuhan Raya.
***
Saatnya beraksi.
“Raya” sapaku lembut.
“Ya, Din. Ada apa?”
 “Aku hanya ingin minta maaf sama kamu. Aku ingin kita seperti dulu lagi.” Pintaku sambil menunduk.
“Ya Din, gak papa kok.” Ucapnya seperti yang aku duga.
“Raya, temenin aku ke gudang donk. Aku disuruh bersihin gudang sama Bu Anis nih.”
“Ayo Din.” Hatiku tertawa kegirangan mendengar jawaban Raya.
Sepanjang perjalanan ke gudang, hatiku terus menerus bersorak kegirangan. Tak ada setetespun rasa kasihan kepada Raya. Dan akhirnya, sampailah kami di gudang. Aku mulai berbicara kejujuran padanya.
“Ray, sebenarnya aku iri dan sakit hati sama kamu, soalnya kamu udah jadi pacarnya Aldo.” Kataku.
 “Maksud kamu?” Tanyanya.
“Asal kau tahu saja. Sejak aku MOS di SMA ini, aku sudah jatuh cinta sama Aldo. Tapi apa kenyataannya? Dia malah pacaran sama kamu.” Suaraku lantang selantang seruan hatiku untuk membunuhnya.
“Lalu, untuk apa kau mengajakku kesini?” Tanyanya polos.
“Untuk mengakhiri hidupmu.” Kataku sadis.
Aku mengambil cutter berukuran besar dari saku rokku. Selangkah demi selangkah aku mendekati Raya sambil membuka cutterku.
“Andin cukup! ” Suara bernada tinggi itu menghentikan langkahku seketika. Aku hampir saja jantungan karena ku dapati Aldo berdiri tepat di ambang pintu.
“Kenapa kamu ada di sini?” Tanyaku heran.
“Karena aku adalah Mr. X.” Kata Aldo yang membuat mataku terbelalak kaget.
“Jadi, kamu yang selalu mengirim surat ke aku?” Tanyaku seketika.
 “Ya, Din. Dan aku adalah orang yang mencintai kamu apa adanya.” Kata Aldo yang membuatku 1000 kali lebih kaget.
“Bohong Do. Lalu Raya kamu anggap apa?” Kataku dengan nada tinggi.
“Ray, sebelumnya aku minta maaf sama kamu. Sebenarnya aku macarin kamu hanya untuk mengetahui seluk beluk tentang Andin. Dan ternyata aku yakin Andinlah yang pantas menjadi pacarku.” Kata Aldo pada Raya yang membuatku tersenyum bahagia.
“Aku gak terima Do. Aku udah cinta mati sama kamu. Tapi ini balesannya?” Bentak Raya kepada Aldo.
“Maafin aku Raya.” Ucap Aldo lembut.
Tanpa sadar, cutterku luput dari genggamanku. Perlahan, Aldo menghampiriku. Aku hanya terdiam. Sesampainya di depanku, dia berkata “Maukah kamu menjadi pacarku, Andin?” Dia memandangku lekat-lekat seraya menggenggam tanganku.
            “Aaaawww” Aku merasakan rasa sakit yang amat sangat di bagian perutku. Ternyata, cutter yang ku bawa menancap dalam di perutku. Pelakunya tak lain adalah Raya. Perlahan, aku  mulai terkapar dan ku rasa aku akan pergi untuk selama-lamanya dengan membiarkan harapanku menjadi pacar Aldo menjadi angan semu belaka.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar