Sudah lama
aku merhatiin sepasang sejoli itu. Aldo dan Raya. Pasangan yang sangat bahagia
dan membuat semua orang ikut bahagia kecuali aku.
Aku
mencintai Aldo saat aku masih menjadi peserta MOS di SMA Jaya Bhakti ini.
Awalnya ku kira Aldo juga mencintaiku karena dialah satu-satunya panitia
MOS yang perhatian padaku. Tapi
anggapanku salah karena sekarang Aldo berpacaran dengan sahabatku sendiri,
Raya.
“Andin, ke
kantin yuk!” Kata Raya yang tiba-tiba berada di sampingku.
Kehadirannya
membuatku muak. Aku berdiri dan melakukan hal yang pantas padanya. Aku
menamparnya. Tak cukup dengan itu, aku menarik rambutnya hingga dia mendongak.
“Denger
Raya! Jangan ganggu aku lagi!”
Aku pun
melangkah meninggalkan Raya di kelas menuju lokerku. Aku sudah biasa melakukan
hal itu padanya. Dan reaksinya hanya diam tanpa pernah marah kepadaku. Apapun
alasannya, hal itu malah membuatku semakin membencinya
Setibanya di
lokerku, aku langsung membukanya. Aku sangat terkejut karena kudapati gunungan
surat yang menutupi barang-barangku di dalam loker. Pasti semua ini dari Mr.X. Aku
yakin banget. Memang akhir-akhir ini Mr.X sering banget mengirim surat-surat gak
penting kepadaku. Tapi itu hanya satu dua. Tapi sekarang? Punya tangan berapa
sih tuh orang?
Aku mulai
membuka surat-surat itu. Ku awali dengan surat beramplop biru muda
To: Penyejuk kalbuku
Kenapa akhir-akhir
ini kamu berubah? Ini bukan Andin yang ku kenal. Apa yang membuatmu begini?
Kenapa kamu bertindak kasar terhadap sahabatmu sendiri? Tolong jawab
pertanyaanku dengan membalas surat ini. Kamu cukup meletakkannya di mana saja
dan aku pasti akan menemukannya.
From :Mr. X
Tanpa
basa-basi lagi, aku langsung mengambil bolpoin dan secarik kertas dari dalam
lokerku. Bersiap-siap menulis surat pertama yang ku tujukan pada seorang cowok
yang anehnya, cowok itu tidak ku ketahui identitasnya.
To : Mr. X
Aku gak mood
untuk basa-basi. So, point-nya adalah hal ini mutlak dilakuin oleh semua cewek
yang sedang patah hati. Dan perlu kamu ingat, jangan sekali-kali kamu mengirim
surat untukku lagi!
From : Andin
Aku
melipatnya menjadi 2 lipatan. Ku letakkan surat itu di kursi panjang tepat di
depan lokerku dan meninggalkannya menuju kelas.
***
Seusai
istirahat pertama, kelasku dilanda jam kosong. Surga bagiku dan jelas bagi
teman sekelasku. Tapi surga itu perlahan berubah menjadi neraka karena Aldo
datang. Mungkin di kelasnya juga jam kosong. Dan sudah bisa ditebak, Aldo dan
Raya bermesra-mesraan. Miris sekali nasibku melihat orang yang ku cintai
bercumbu dengan sahabatku sendiri setiap hampir 3 jam sekali.
Ku akui aku
sudah tidak kuat melihat mereka berdua bermesra-mesraan lagi. Ku ingin hari ini
adalah hari terakhir mereka bercumbu di depanku. Tiba-tiba sebuah ide keji
menjamah otakku. Aku akan mengantarkan
Raya ke akhirat sebagai balasan sakit hatiku padanya. Gudang sekolah dan jam
istirahat kedua akan menjadi latar pembunuhan Raya.
***
Saatnya
beraksi.
“Raya”
sapaku lembut.
“Ya, Din.
Ada apa?”
“Aku hanya ingin minta maaf sama kamu. Aku
ingin kita seperti dulu lagi.” Pintaku sambil menunduk.
“Ya Din, gak
papa kok.” Ucapnya seperti yang aku duga.
“Raya,
temenin aku ke gudang donk. Aku disuruh bersihin gudang sama Bu Anis nih.”
“Ayo Din.”
Hatiku tertawa kegirangan mendengar jawaban Raya.
Sepanjang
perjalanan ke gudang, hatiku terus menerus bersorak kegirangan. Tak ada
setetespun rasa kasihan kepada Raya. Dan akhirnya, sampailah kami di gudang. Aku
mulai berbicara kejujuran padanya.
“Ray,
sebenarnya aku iri dan sakit hati sama kamu, soalnya kamu udah jadi pacarnya
Aldo.” Kataku.
“Maksud kamu?” Tanyanya.
“Asal kau
tahu saja. Sejak aku MOS di SMA ini, aku sudah jatuh cinta sama Aldo. Tapi apa
kenyataannya? Dia malah pacaran sama kamu.” Suaraku lantang selantang seruan
hatiku untuk membunuhnya.
“Lalu, untuk
apa kau mengajakku kesini?” Tanyanya polos.
“Untuk
mengakhiri hidupmu.” Kataku sadis.
Aku
mengambil cutter berukuran besar dari saku rokku. Selangkah demi selangkah aku
mendekati Raya sambil membuka cutterku.
“Andin
cukup! ” Suara bernada tinggi itu menghentikan langkahku seketika. Aku hampir
saja jantungan karena ku dapati Aldo berdiri tepat di ambang pintu.
“Kenapa kamu
ada di sini?” Tanyaku heran.
“Karena aku
adalah Mr. X.” Kata Aldo yang membuat mataku terbelalak kaget.
“Jadi, kamu
yang selalu mengirim surat ke aku?” Tanyaku seketika.
“Ya, Din. Dan aku adalah orang yang mencintai
kamu apa adanya.” Kata Aldo yang membuatku 1000 kali lebih kaget.
“Bohong Do.
Lalu Raya kamu anggap apa?” Kataku dengan nada tinggi.
“Ray,
sebelumnya aku minta maaf sama kamu. Sebenarnya aku macarin kamu hanya untuk
mengetahui seluk beluk tentang Andin. Dan ternyata aku yakin Andinlah yang
pantas menjadi pacarku.” Kata Aldo pada Raya yang membuatku tersenyum bahagia.
“Aku gak
terima Do. Aku udah cinta mati sama kamu. Tapi ini balesannya?” Bentak Raya
kepada Aldo.
“Maafin aku
Raya.” Ucap Aldo lembut.
Tanpa sadar,
cutterku luput dari genggamanku. Perlahan, Aldo menghampiriku. Aku hanya terdiam.
Sesampainya di depanku, dia berkata “Maukah kamu menjadi pacarku, Andin?” Dia
memandangku lekat-lekat seraya menggenggam tanganku.
“Aaaawww” Aku merasakan rasa sakit yang amat sangat di bagian
perutku. Ternyata, cutter yang ku bawa menancap dalam di perutku. Pelakunya tak
lain adalah Raya. Perlahan, aku mulai
terkapar dan ku rasa aku akan pergi untuk selama-lamanya dengan membiarkan
harapanku menjadi pacar Aldo menjadi angan semu belaka.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar